DUNIA ITU BULAT

SELAMAT DATANG DI BLOG INI .....

Kamis, 09 Mei 2013

gerhana matahari cincin 10 may 0213



Mengamati Gerhana Matahari Secara Aman dan Sederhana


Diamond Ring, salah satu bentuk gerhana matahari
bulatan surya akan menyerupai sabit. Lebih istimewa di Lampung dan Samarinda, karena di sana matahari tampil sebagai cincin yang terang.
Peristiwa gerhana matahari sering membuat heboh, padahal itu gejala alam yang biasa meskipun tergolong agak langka. Salah satu penyebab gempar ialah kekuatiran tentang keselamatan mata, ketakutan bahwa melihat gerhana itu mengakibatkan buta.

Pupil

Seperti diafragma pada kamera, mata manusia mempunyai pupil yang dapat melebar atau menyempit untuk menakar jumlah cahaya yang memasuki mata. Pada suasana gelap, diameter pupil membesar sampai 8 mm supaya terkumpul cukup cahaya yang memungkinkan orang melihat dalam kegelapan. Di siang hari yang terik, diameternya menyusut hingga 2 mm, bahkan mampu mengecil sampai sekitar 1,6 mm jika berhadapan dengan cahaya yang menyilaukan.
Tetapi penakaran cahaya oleh pupil ada batasnya, tidak kuasa menghalangi pancaran cahaya matahari yang begitu hebat. Jika dihitung, cahaya langsung dari sang surya mesti dilemahkan 50.000 kali supaya menjadi aman bagi mata, dijadikan 0,00002 kekuatan semula. Kalau tidak, orang yang nekad menantang matahari memang berpeluang menjadi buta.
Karena itu sehari-harinya silau pancaran matahari selalu dihindari. Tetapi ketika gerhana tiba, orang bisa tertarik untuk mengamati wajah sang surya yang sedang berubah menjadi sabit. Lupa daratan pun mungkin terjadi, abai terhadap bahaya.
Kotak Pemantau Gerhana
Soalnya pada saat gerhana, pancaran surya dihalangi sebagian oleh bulan sehingga alam menjadi redup dan pupil mata pun membesar. Tepat di saat orang mendongak ke atas menatap matahari, pupil belum sempat bereaksi, padahal kecerahan permukaan matahari tetap sama dahsyatnya dengan sehari-hari, ukurannya saja yang susut membentuk sabit. Sudah tentu luar biasa besar bahaya kebutaan yang mengancam. Lebih-lebih jika melihat melalui teropong, kamera atau instrumen optik lain yang tidak dimodifikasi, karena ada lensa di situ yang memusatkan cahaya dan sangat meningkatkan bahaya. Jangan pernah melihat gerhana matahari dengan mata telanjang, apalagi dengan teropong atau kamera yang tidak dilengkapi dengan khusus.

Kotak


Kotak Pemantau Gerhana
Tidak usah risau, ada sejumlah cara aman untuk mengamati peristiwa yang belum tentu setahun sekali menyinggahi daerah yang sama. Prinsip yang banyak dipakai ialah bukan melihat langsung tetapi menyaksikan citra matahari pada suatu permukaan. Seperti cara yang lain, tentu dibutuhkan cuaca yang cerah. Sebuah contoh sederhana berwujud kotak karton yang dapat dibuat sendiri (lihat gambar).
Bidang atas seluas kira-kira 30cm x 30cm diberi lubang kecil (sering disebut pinhole) berdiameter sekitar 1 mm pada jarak 5cm dari tepi. Melalui lubang ini, cahaya matahari nanti menerobos untuk membentuk citra pada permukaan dalam di bidang bawah. Makin tinggi ukuran kotak, citra matahari semakin besar. Tetapi demi praktisnya, cukuplah jika tinggi kotak antara 50 sampai 80 cm.
Selanjutnya pada tepi bidang atas dibuat lubang melebar sebagai tempat secukupnya bagi kedua mata untuk mengintip ke dalam kotak. Dalam pemakaian, dengan membelakangi matahari, kotak dipegang sambil mata mengintip ke dalam. Kotak dimiring-miringkan sedikit untuk menemukan arah terbaik yang menghasilkan citra matahari pada bidang bawah.
Dua alasan yang membuat kotak ini aman. Pertama karena lubang kecil hanya membolehkan sedikit pancaran matahari yang masuk. Kedua karena kita mengamati dengan membelakangi matahari, menjauhkan mata dari sorotan sang surya.
Prinsip yang sama juga ditemui di tempat lain. Mereka yang tidak sempat membuat kotak dapat bersiap di bawah pohon yang masih meloloskan sedikit cahaya matahari, sehingga dalam keadaan biasa menampakkan bulatan-bulatan terang di tanah. Coba perhatikan bulatan-bulatan kecil itu, pada saat gerhana matahari bentuknya menjadi sabit. Apabila angin berhembus menggoyang dedaunan, sabit-sabit terang itupun bergerak lucu berkeliaran. ***


Gerhana matahri 10 Mei 2013 memang sangat sayang untuk dilewatkan. Tapi hati-hati! Kita tidak boleh sembarangan untuk melihat gerhana matahari secara langsung. Bahaya sekali buat mata kita. Bahkan sinar radiasinya dapat membuat mata kita buta. Wih ngeri..



Tapi ada beberapa cara aman supaya kita dapat melihat gerhana matahari, walaupun tidak langsung.

  1. Cermin
Cara paling umum adalah menggunakan cermin. Kita hanya memantulkan sinar mataharinya ke tanah. Dan kita lihat sinar mataharinya di tanah.

  1. Air
Kita dapat melihat gerhana matahari dari pantulannya di air.

  1. Kacamata
Gunakan kacamata anti radiasi yang aman. Anda dapat dengan nyaman menyaksikan matahrinya. Anda dapat juga menggunakan kacamata solder.

  1. Kertas
Caranya, ambil dua lembar kertas, salah satu kertas kita lubangi kecil. Satukan dengan kertas yang satunya. Buatlah sudut dengan kemiringan sesuai dengan arah matahari. Sianar dari pantulan itulah yang dapat kita lihat keindahannya.


Modern Tools

Gerhana bulan 25 April 2013



Jumat, Gerhana Bulan Sebagian Bisa Disaksikan di Seluruh Indonesia

Bulan purnama tampak tertutup bayang-bayang bumi di malam di pergantian tahun 2010, Jumat (1/1). Gerhana bulan sebagian tesebut hanya menutupi sebanyak 8,2 persen permukaan bulan yang tampak dari bumi.Bulan purnama tampak tertutup bayang-bayang bumi di malam di pergantian tahun 2010, Jumat (1/1). Gerhana bulan sebagian tesebut hanya menutupi sebanyak 8,2 persen permukaan bulan yang tampak dari bumi.
 Anggota  Kelompok Keilmuan Astronomi FMIPA ITB, Dr  Moedji Raharto mengungkapkan, pada 25-26 April 2013 akan terjadi Gerhana Bulan Sebagian (GBS).

''GBS pada  26 April 2013 dapat disaksikan di wilayah Indonesia, Asia Tenggara, India, Cina, Arab Saudi, Negara- Negara Timur Tengah dan Afrika.''' ujar Moedji Raharto dalam siaran persnya yang diterima Republika Online (ROL), Rabu (24/4).

Menurut dia, GBS pada 26 April 2013 merupakan gerhana bulan ke-65 dari 72 gerhana bulan dalam seri Saros 112.  ''Di Indonesia Gerhana Bulan ini bertepatan dengan  pertengahan Jumadil Akhir 1434 H berlangsung pada hari Jumat dini hari tanggal 26 April 2013 dan dapat disaksikan dari seluruh wilayah Indonesia,'' ungkap Moedji Raharto.

Secara ringkas, kata Moedji,  jadwal  GBS pada hari Jumat dini hari tanggal 26 April 2013 adalah sebagai berikut:, ''Pada jam 01:04 wib Bulan mulai memasuki penumbra Bumi, fase gerhana bulan penumbra dimulai.''

Sekitar 1 jam 50 menit kemudian ,  Bulan mulai memasuki umbra Bumi, pertanda fase GBS dimulai. Pada jam 03:07 wib Bulan berada dekat dengan sumbu umbra Bumi, merupakan pertanda gerhana Bulan Sebagian mencapai maksimum.

''Pada jam 03:21 wib Bulan meninggalkan kawasan Umbra Bumi, tanda GBS berakhir dan gerhana Bulan memasuki fase gerhana Bulan Penumbra kedua. Fase gerhana Bulan Penumbra kedua akan berakhir pada jam 05:11 wib, saat Bulan meninggalkan kawasan penumbra Bumi. ''

Menurut dia, Tanda seluruh rangkaian GBS pada 26 April 2013 telah selesai dan permukaan Bulan menerima sorot cahaya Matahari secara penuh tanpa ada halangan planet Bumi.  Fase Bulan Purnama berlangsung tanggal 26 April 2013 pada jam  02:57 wib, sekitar 3 menit setelah momen gerhana Umbra dimulai pada jam 02:54 wib.

Pada umumnya , kata dia, seluruh wilayah Indonesia dapat menyaksikan gerhana bulan sebagian tersebut.  Namun, kata dia, Indonesia wilayah timur  seperti Samarinda, Manado, Gorontalo, Mamuju, Makassar, Kendari, Ternate, Ambon, Sorong, Jayapura, Kupang tidak dapat menyaksikan momen akhir gerhana bulan Penumbra, karena Bulan sudah terbenam sebelum momen gerhana Bulan Penumbra selesai.

''Di Bandung, misalnya, GBS dapat disaksikan dari awal hingga akhir.''